Tidak ada kejahatan oleh negara, sebiadab yang dilakukan oleh Israel. Sejak kehadirannya di Tanah Palestina 1 Januari 1948, catatan sejarahnya dipenuhi teror, pengusiran, perampasan hak, dan pembunuhan. Manusia diperlakukan semena-mena siap ditendang dan ditembak kapan saja: tua-muda, pria-wanita, kekek-nenek, hingga para balita sekalipun. Bahkan dunia dibuat tidak berdaya atas sikap arogansinya itu. Negara “seujung kuku” yang semestinya bisa dapat dikendalikan oleh negara-negara Arab-Muslim, justru berhasil membuat negeri tetangganya ketakutan dan nunduk-nunduk. Ibarat maling teriak maling, Israel telah mengelabuhi mata dunia bahwa dia adalah pemilik sah tanah Palestina yang telah dirampasnya. Sementara bangsa Palestina terus dikejar dan dibunuhi.
Setelah lebih 60 tahun bangsa Palestina dalam permainan Amerika-Prancis- Inggris-Israel, kini bangsa-bangsa yang beradab di dunia harus dipaska membuka mata bahwa, kejahatan kemanusiaan benar-benar ada dan nyata di Palestina.
Rombongan kapal kemanusiaan “Mavi Marmara” yang bermaksud memberikan bantuan, dibajak di tengah laut perairan internasional. Dalihnya sama: melindungi hak-hak konstitusi negara rampasannya, dari penyelundupan senjata teroris. Dalih itu juga yang dipakai ketika menggusur tanah, mengejar warga dan menembaki bayi-bayi Palestina. Teroris berlindung di sana, kilahnya.
Puluhan korban berjatuhan: 9 tewas (insya Allah Syahid), puluhan luka-luka dan hilang.
Buku yang ada di hadapan Anda, pembaca, mencoba merekam rangkaian perjalanan upaya masyarakat dunia dalam menembus blokade Gaza yang telah di berlakukan secara sepihak oleh Israel dan Mesir sejak 2007.Sebanyak 700 orang utusan dari 36 negara turut ambil bagian dalam kegiatan kemanusiaan berbendera Freedom Frotilla. Di antara mereka 12 orang berasal dari Indonesia.Tiga orang di antaranya adalah jurnalis dari Hidayatullah Media dan Sahabat Al-Aqsha yang menuliskan kisah perjalanan yang menegangkan dalam buki ini. Termasuk testimony Surya Fachrizal yang ditembak tentara zionis di bagian atas dada kananya hingga ke pangkal pinggul.
Buku ini terasa lebih renyah dengan sentuhan spiritnya yang menggugah karena ditulis oleh jurnalis senior yang berpengalaman dibidangnya, yang sekaligus menjadi saksi atas aksi keji tentara Zionis di atas kapal Mavi Marmara tersebut. Semoga bermanfaat dan, jangan berhenti menolong Palestina negeri para nabi, para syuhada, serta tempat masjid yang dimuliakan, Al-Aqsa. Jangan sampai kehabisan! Membeli buku ini berarti Anda turut mendukung perjuangan rakyat Palestina secara nyata. Karena terbitnya buku ini didedikasikan 100% keuntungannya untuk Gaza!
No comments:
Post a Comment